BELUM BISA MENERIMA KEKALAHAN, BELUM SIAP UNTUK JADI PEMENANG.
Pastilah teman2 sadari atau tidak, dalam kehidupan ini kita akan selalu berhadapan dengan kalah dan menang. Mulai hal-hal kecil seperti ulangan yang super sulit, pemilihan ketua kelas, ambisi masuk jurusan incaran sampai hal-hal besar seperti ikutan perlombaan dan kontes-kontes bergengsi. Tentu saja itu semua akan diakhiri dengan satu titik, menang atau kalah. Well…, jika kita berhasil jadi pemenang pastilah kita akan merasa senang dan puas banget. Semua orang akan memberi ucapan selamat dan memuji-muji and surely ada suatu kebanggaan yang gak dirasakan oleh semua orang. But, gimana kalo kita ada di pihak kalah? . Kita akan mengasosiasikan kekalahan sama dengan malu besar-besaran, perasaan iri dan dengki kepada pihak pemenang atau bahkan kita akan terpuruk dan menganggap diri kita sebagai pecundang. Hal ini akan menjadi-jadi dengan adanya pandangan orang-orang tidak bisa menerima kekalahan sebagai sesuatu yang wajar. Biil Ps Lim dalam bukunya Dare To Fail mengatakan bahwa manusia cenderung menilai kemenangan dengan terlalu tinggi, namun memilik toleransi yang amat sedikit terhadap kekalahan.
Sebagai contoh kita tengok saja dunia politik di negeri kita. Ketika sedang marak pemilihan wakil rakyat para kandidat akan berusaha supaya mereka bisa terpilih. Bahkan menghalalkan segala cara. Dan ketika hasil pemungutan suara keluar, mereka tidak bisa bersikap sportif. Pihak kalah akan berusaha menyerang si pemenang dengan argumen-argumen yang tidak valid untuk menjatuhkan pemenang.
Dari contoh diatas kita menyimpulkan bahwa banyak individu akan melakukan banyak cara untuk menang yang dianggap sebagai kunci sukses. Padahal ukuran kesuksesan seseorang tidak dinilai berdasarkan besar atau kecilnya kemenangan. Mungkin selama ini kita mengasosiasikan sukses atau prestasi identik dengan kemenangan. Padahal, selama kita masih bisa mendapatkan pelajaran dari menang atau kalah artinya kita sudah sukses.
Ketika kita siap untuk berkompetisi, kita sudah tahu akan ada yang kalah dan menang. So jangan cuma mempersiapkan mental untuk menang, namun persiapkanlah juga mental untuk kalah. Karena yang sudah siap untuk kalah dan menanglah yang pantas untuk jadi pemenang. Lantas apakah yang harus kita lakukan ketika kalah? . Tentu kita gak boleh merasa berkecil hati atau putus asa. Karena kekalahan adalah hal yang wajar, bukan juga hal yang salah. kita harus senantiasa optimis dan survive. Jadikanlah pengalaman kekalahan dimasa yang lampau sebagai cambuk untuk jadi seorang pemenang. Jangan merasa terpuruk dan gak berani mencoba berkompetisi untuk selamanya. Ayo semangat berkompetisi , ok !.
Pastilah teman2 sadari atau tidak, dalam kehidupan ini kita akan selalu berhadapan dengan kalah dan menang. Mulai hal-hal kecil seperti ulangan yang super sulit, pemilihan ketua kelas, ambisi masuk jurusan incaran sampai hal-hal besar seperti ikutan perlombaan dan kontes-kontes bergengsi. Tentu saja itu semua akan diakhiri dengan satu titik, menang atau kalah. Well…, jika kita berhasil jadi pemenang pastilah kita akan merasa senang dan puas banget. Semua orang akan memberi ucapan selamat dan memuji-muji and surely ada suatu kebanggaan yang gak dirasakan oleh semua orang. But, gimana kalo kita ada di pihak kalah? . Kita akan mengasosiasikan kekalahan sama dengan malu besar-besaran, perasaan iri dan dengki kepada pihak pemenang atau bahkan kita akan terpuruk dan menganggap diri kita sebagai pecundang. Hal ini akan menjadi-jadi dengan adanya pandangan orang-orang tidak bisa menerima kekalahan sebagai sesuatu yang wajar. Biil Ps Lim dalam bukunya Dare To Fail mengatakan bahwa manusia cenderung menilai kemenangan dengan terlalu tinggi, namun memilik toleransi yang amat sedikit terhadap kekalahan.
Sebagai contoh kita tengok saja dunia politik di negeri kita. Ketika sedang marak pemilihan wakil rakyat para kandidat akan berusaha supaya mereka bisa terpilih. Bahkan menghalalkan segala cara. Dan ketika hasil pemungutan suara keluar, mereka tidak bisa bersikap sportif. Pihak kalah akan berusaha menyerang si pemenang dengan argumen-argumen yang tidak valid untuk menjatuhkan pemenang.
Dari contoh diatas kita menyimpulkan bahwa banyak individu akan melakukan banyak cara untuk menang yang dianggap sebagai kunci sukses. Padahal ukuran kesuksesan seseorang tidak dinilai berdasarkan besar atau kecilnya kemenangan. Mungkin selama ini kita mengasosiasikan sukses atau prestasi identik dengan kemenangan. Padahal, selama kita masih bisa mendapatkan pelajaran dari menang atau kalah artinya kita sudah sukses.
Ketika kita siap untuk berkompetisi, kita sudah tahu akan ada yang kalah dan menang. So jangan cuma mempersiapkan mental untuk menang, namun persiapkanlah juga mental untuk kalah. Karena yang sudah siap untuk kalah dan menanglah yang pantas untuk jadi pemenang. Lantas apakah yang harus kita lakukan ketika kalah? . Tentu kita gak boleh merasa berkecil hati atau putus asa. Karena kekalahan adalah hal yang wajar, bukan juga hal yang salah. kita harus senantiasa optimis dan survive. Jadikanlah pengalaman kekalahan dimasa yang lampau sebagai cambuk untuk jadi seorang pemenang. Jangan merasa terpuruk dan gak berani mencoba berkompetisi untuk selamanya. Ayo semangat berkompetisi , ok !.
0 komentar:
Posting Komentar